
Dialog Moderasi Beragama hadirkan 5 narasumber dari FKUB, GP Ansor, DPRD Kalteng dan Densus 88 Polri. Batuah.co
PALANGKA RAYA, BATUAH.CO – Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kalimantan Tengah menegaskan pentingnya aktualisasi nilai-nilai Moderasi Beragama di kalangan mahasiswa sebagai bagian dari ikhtiar menjaga keutuhan bangsa. Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua PW GP Ansor Kalteng, Arjoni, yang menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan Dialog Moderasi Beragama, yang digelar oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Palangka Raya, Rabu (18/6/2025).
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Rektor UIN Palangka Raya, Prof. Dr. H. Ahmad Dakhoir, M.Ag, dan menghadirkan lima narasumber lintas lembaga, yaitu Ketua GP Ansor Kalteng Arjoni, dua tokoh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalteng yakni H. Daryana dan Pdt. Ayang Setiawan, Perwakilan DPRD Kalteng, serta perwakilan dari Satgas Densus 88 Kalimantan Tengah.
“Moderasi beragama bukan sekadar teori, tapi cara pandang dan sikap hidup yang sudah diwariskan leluhur kita melalui Falsafah Huma Betang, Belum Bahadat, dan Hasupa Hasundau,” ujar Arjoni.
Menurutnya, nilai-nilai tersebut merupakan bentuk nyata dari moderasi yang telah lama hidup dalam masyarakat Kalimantan Tengah dan menjadi fondasi kokoh dalam menjaga kerukunan antar umat beragama.
Namun demikian, Arjoni mengingatkan bahwa tantangan moderasi beragama di era digital semakin kompleks. Munculnya paham radikal, intoleran, dan anti-Pancasila menjadi ancaman serius yang menyasar generasi muda, khususnya mahasiswa.
“Gerakan GP Ansor melihat kampus sebagai medan strategis dalam melawan infiltrasi paham radikal. Oleh karena itu, mahasiswa harus menjadi agen moderasi beragama yang aktif dan progresif,” lanjutnya.
Ia juga menekankan pentingnya memperkuat ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan sebagai penyangga nilai-nilai keislaman yang ramah, toleran, dan mengedepankan dialog dan perdamaian.
Sementara itu, Rektor UIN Palangka Raya, Prof. Dakhoir, dalam sambutannya mengapresiasi semangat kolaboratif lintas organisasi dalam membumikan moderasi beragama di ruang akademik.
“Kampus adalah kawah candradimuka intelektual. Mahasiswa harus dibekali dengan pandangan keislaman yang moderat, toleran, dan cinta tanah air,” kata Dakhoir.
Dialog ini diharapkan mampu mendorong mahasiswa untuk tidak hanya memahami, tetapi juga mengaktualisasikan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari, baik di dunia nyata maupun ruang digital.
*Moderasi Beragama, Jalan Tengah untuk Keutuhan NKRI*
GP Ansor menegaskan bahwa jalan tengah dalam beragama merupakan keniscayaan demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia telah menyepakati Pancasila sebagai ideologi negara yang menjamin hak seluruh warga untuk beragama secara merdeka namun bertanggung jawab.
“Moderasi adalah jembatan menuju harmoni. Tanpa moderasi, yang muncul hanyalah konflik dan kebencian. Itu bukan wajah Indonesia,” tegas Arjoni.
Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa menjaga Indonesia yang damai dan rukun bukan hanya tugas pemerintah atau aparat, tetapi juga tanggung jawab bersama, termasuk kalangan mahasiswa sebagai pemimpin masa depan.