
Ketua PW GP Ansor Kalteng Arjoni menyampaikan sambutan pada kegiatan pembukaan PKL dan DTD Ansor Banser Se Kalteng, di Aula Jayang Tingang, Jumat (1/8/2025). Batuah.co
PALANGKA RAYA, BATUAH.CO – Ketika tantangan zaman makin kompleks dan ketimpangan sosial terus menganga. Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Kalimantan Tengah (PW GP Ansor Kalteng), dengan langkah berani membangun roadmap kaderisasi yang berpijak pada ideologi dan ekonomi kerakyatan.
Melalui Pembukaan gelaran Pendidikan Kader Lanjutan (PKL) dan Diklat Terpadu Dasar (DTD) Banser se-Kalteng yang berlangsung di Aula Jayang Tingang, Kantor Gubernur, Jumat (1/8/2025),
GP Ansor mempertegas posisinya bukan sekadar organisasi kepemudaan, tetapi sebagai kekuatan sosial-politik yang siap turun ke akar rumput.
BACA JUGA :https://batuah.co/2025/07/31/gp-ansor-kalteng-cetak-kader-militan-lewat-dtd-dan-pkl/
“Kaderisasi bukan pilihan, tapi kewajiban. Ini tentang membangun loyalitas dan daya tahan kader di tengah turbulensi sosial,” tegas Ketua PW GP Ansor Kalteng Arjoni.
Dengan lebih dari 8 juta kader di seluruh Indonesia dan 6.000 di antaranya terdata resmi di Kalteng melalui sistem SIAP, GP Ansor menunjukkan bahwa konsolidasi internal telah menjadi bagian dari strategi besar.
Namun yang paling mencuri perhatian adalah la.ngkah ekonomi progresif yang mulai diusung.
Arjoni menyebut pembentukan Badan Usaha Milik Ansor (BUMA) sebagai titik awal kemandirian ekonomi kader muda, terutama di sektor pangan sektor yang selama ini kerap dikuasai korporasi besar.
“Kita siapkan peta jalan agar GP Ansor berdiri di kaki sendiri. Kita dorong kader muda berani berbisnis. Ini bagian dari patriotisme baru,” ujarnya.
Peta jalan ini mencakup pelibatan aktif kader dalam sektor pertanian, ketahanan pangan, hingga distribusi logistik desa. Target 100.000 Banser produktif, bukan hanya siap tempur secara fisik dan ideologis, tetapi juga ekonomis.
Sementara itu, Ketua PW NU Kalteng Wahyudi F. Dirun mengingatkan, semua gerakan ini harus dilandasi dengan niat tulus dan komitmen ideologis. Menjadi kader bukan sekadar aktivitas organisasi, tetapi bentuk ibadah dan peran sejarah.
“Ini bukan sekadar regenerasi. Kita sedang menanam akar untuk masa depan NU dan bangsa. Siapa yang akan menjaga NU kedepannya,” pungkasnya. (Red)