
Kepala KPw BI Kalteng Yuliansah Andrias.
PALANGKA RAYA, BATUAH.CO – Meskipun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) terus menunjukkan optimisme dalam mendukung program swasembada pangan nasional, sejumlah tantangan ekonomi masih menjadi bayang-bayang yang mengancam pencapaian target tersebut. Penurunan ekspor serta perlambatan aktivitas konstruksi dinilai berpotensi menekan laju pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Kalteng, Yuliansah Andrias, mengungkapkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2025 masih berada dalam tekanan akibat ketidakpastian global. Kebijakan proteksionis, khususnya dari Amerika Serikat di bawah potensi kembalinya pemerintahan Trump (Trump 2.0), dikhawatirkan akan berpengaruh negatif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Tengah, terlebih jika sektor unggulan seperti batu bara dan kelapa sawit terkena dampaknya secara langsung.
“Walaupun pemerintah daerah telah menggulirkan berbagai program seperti pembukaan lahan sawah seluas 85 ribu hektare dan distribusi bantuan sebanyak 1.308 unit alat dan mesin pertanian (alsintan), efektivitas pelaksanaan program-program tersebut sangat ditentukan oleh sinergi lintas sektor dan kesiapan infrastruktur pendukungnya,” jelas Yuliansah belum lama ini.
Ia menyebut, proyeksi peningkatan produksi padi sebesar 30 persen dalam dua tahun ke depan pun belum sepenuhnya mampu mengurangi kerentanan terhadap tekanan inflasi serta ketimpangan distribusi pangan
Bank Indonesia mencatat bahwa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kalteng pada tahun 2025 diperkirakan mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya, yakni berada pada kisaran 2,5 ± 1 persen. Salah satu faktor pemicunya adalah meningkatnya permintaan terhadap emas perhiasan yang kini menjadi pilihan aset safe haven, mencerminkan tingginya ketidakpastian ekonomi global serta kekhawatiran masyarakat terhadap penurunan daya beli.
Dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut, pemerintah daerah diimbau untuk tidak hanya mengejar capaian-capaian kuantitatif seperti luas lahan tanam dan jumlah alsintan yang disalurkan. Perhatian serius juga perlu diberikan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan sistem logistik, dan kesiapan menghadapi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian.
“Strategi pembangunan ke depan harus difokuskan pada upaya meningkatkan efisiensi dan ketahanan pangan jangka panjang, bukan sekadar memenuhi target-target jangka pendek,” tegas Yuliansah.(red)